SIAPA sangka situs jejaring seperti Facebook dapat memicu masalah kecemburuan yang berujung pada perceraian. Menurut data di Pengadilan Agama (PA) Kota Bandung, ternyata ada sekitar 5% kasus perceraian pasangan suami istri yang berawal dari situs yang diciptakan mahasiswa asal Jerman itu.
Kepala Bagian Humas PA Bandung, Acep Saifudin mengatakan, dirinya beberapa kali menjadi majelis perceraian bagi setiap pasangan yang disebabkan oleh Facebook.
"Saya pernah menangani beberapa perkara cerai gara-gara Facebook. Sebagai buktinya, seluruh tampilan Facebook itu di-print out," ujar Acep, saat ditemui wartawan di gedung PA Bandung, Jln. Jakarta Antapani, Kota Bandung, Selasa (3/5).
Acep mengatakan, dalam kasus ini biasanya suami atau istri kedapatan menggunakan Facebook hingga mengundang kecemburuan pasangan.
"Biasanya menggunakan bahasa-bahasa halus (mesra) di Facebook dan membuat pasangan cemburu," katanya.
Ia mengakui perceraian karena Facebook itu tergolong cukup banyak. Namun, ia enggan menyebutkan berapa jumlah perkara gara-gara Facebook yang sudah ditanganinya.
"Alasannya karena Facebook, misalnya istri bermesraan dengan orang lain di Facebook kemudian akhirnya suaminya melapor ke PA dan cerai," katanya.
Oleh sebab itu, Acep mengimbau pasangan suami istri untuk berhati-hati menggunakan situs jejaring sosial ini.
"Makanya jangan sampai iseng main Facebook hingga pasangan cemburu. Beruntung jika yang satu bisa mengendalikan diri dan tidak cemburuan," jelasnya.
Menurutnya, perceraian karena Facebook ini sudah terjadi sejak 2009. Apalagi saat ini pasangan-pasangan muda juga menggunakan Facebook. "Facebook ada negatif dan positifnya," tuturnya.
Dikatakan, tidak semua bercerai dalam kasus yang disebabkan oleh Facebook. "Sejak perkara cerai karena Facebook ditangani saya, jika dikalkulasikan di bawah 5 persen saja yang bisa rukun kembali. Tergantung kedua belah pihak," pungkasnya.
Kepala Bagian Humas PA Bandung, Acep Saifudin mengatakan, dirinya beberapa kali menjadi majelis perceraian bagi setiap pasangan yang disebabkan oleh Facebook.
"Saya pernah menangani beberapa perkara cerai gara-gara Facebook. Sebagai buktinya, seluruh tampilan Facebook itu di-print out," ujar Acep, saat ditemui wartawan di gedung PA Bandung, Jln. Jakarta Antapani, Kota Bandung, Selasa (3/5).
Acep mengatakan, dalam kasus ini biasanya suami atau istri kedapatan menggunakan Facebook hingga mengundang kecemburuan pasangan.
"Biasanya menggunakan bahasa-bahasa halus (mesra) di Facebook dan membuat pasangan cemburu," katanya.
Ia mengakui perceraian karena Facebook itu tergolong cukup banyak. Namun, ia enggan menyebutkan berapa jumlah perkara gara-gara Facebook yang sudah ditanganinya.
"Alasannya karena Facebook, misalnya istri bermesraan dengan orang lain di Facebook kemudian akhirnya suaminya melapor ke PA dan cerai," katanya.
Oleh sebab itu, Acep mengimbau pasangan suami istri untuk berhati-hati menggunakan situs jejaring sosial ini.
"Makanya jangan sampai iseng main Facebook hingga pasangan cemburu. Beruntung jika yang satu bisa mengendalikan diri dan tidak cemburuan," jelasnya.
Menurutnya, perceraian karena Facebook ini sudah terjadi sejak 2009. Apalagi saat ini pasangan-pasangan muda juga menggunakan Facebook. "Facebook ada negatif dan positifnya," tuturnya.
Dikatakan, tidak semua bercerai dalam kasus yang disebabkan oleh Facebook. "Sejak perkara cerai karena Facebook ditangani saya, jika dikalkulasikan di bawah 5 persen saja yang bisa rukun kembali. Tergantung kedua belah pihak," pungkasnya.
0 komentar:
Post a Comment